"Pendaftarannya telah dilakukan pada 26 Agustus 2009," kata Legal Consultant Saung Angklung Udjo, Deni Danurwenda, di sela-sela road show Clinic Angklung Resital 2009 di Semarang, Jawa Tengah, pekan lalu.
"Kami masih menunggu proses verifikasi hingga tahun depan, apabila lolos maka UNESCO akan mengeluarkan sertifikat yang mengakui bahwa angklung adalah warisan budaya asli bangsa Indonesia, menyusul batik yang sudah dikukuhkan sebelumnya," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Ditjen Pemasaran Depbudpar, Noviendi Malakan, menyatakan bahwa angklung terus dipromosikan di dunia internasional. Hal ini disampaikannya pada para wartawan, yang meliput pembukaan Festival Bambu Nusantara, Bandung, Sabtu (17/10).
"Tiap ada event internasional kita selalu bawa angklung dengan tulisan 'Angklung is Indonesia'. Tujuannya, agar angklung tidak diakui sebagai milik negara lain," ujarnya. "Sejauh ini, sudah ada lima negara di Asia Tenggara lainnya yang menyatakan bahwa angklung adalah milik mereka. Tapi mereka memiliki kelemahan di sisi sejarah."
Melestarikan Angklung
Apakah teman-teman tahu, dalam memainkan angklung, kita harus mengandalkan kepekaan perasaan dan solidaritas? Nah, kedua hal ini bisa menciptakan harmoni yang bisa memengaruhi berbagai hal, termasuk kesuksesan dalam kehidupan manusia.
Angklung juga merupakan alat musik yang memiliki kekuatan diplomasi budaya dan alat komunikasi non-verbal lintas sektoral yang sangat efektif. Angklung pun sangat berperan terhadap kelangsungan hidup suku bangsa di Indonesia, terutama Jawa Barat. Maka, tanpa panjang kata, angklung harus dilestarikan keberadaannya.
Namun perlu diperhatikan juga, alat musik berbahan dasar bambu ini tengah dihadapkan pada kecepatan laju dunia industri, sehingga membutuhkan dukungan penuh kita semua, ditambah inovasi dan kreativitas dalam pelestariannya.
Andrie Wongso, motivator kita, melestarikan angklung dengan cara mengadakan event besar dan menarik di Jakarta pada tanggal 14 November 2009 ("The Power of Harmony for Success and Happiness"), serta road show ke 7 kota besar lainnya di Indonesia. Bagaimana dengan kita sendiri? Kita bisa memulai dengan mengenal dan mencintai seni dan tradisi lokal (dalam hal ini, angklung). Kemudian, kita bisa mengembangkan dan melestarikannya. Cara spesifiknya, terserah. Pilihlah yang cocok dengan hati dan pikiran Anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar