Senin, 17 Desember 2007

Meski lirik lagu, meski sama-sama aktivitas menulis namun sedikit unik. Karena menulis lagu dituntut untuk menyampaikannya secara simple dan ‘berirama”. Maksud berirama adalah akhiran beberapa kata itu ‘bunyi’ dan enak didengar. Atau setidaknya disampaikan dengan kiasan. Itu sebabnya menurut saya, menulis lirik lagu itu lebih ke jenis tulisan fiksi. Puisi misalnya, lebih mudah untuk dimusikalisasi ketimbang esai. Selain isinya singkat dan padat, juga menggunakan diksi yang enak didengar dan kaya dengan kiasan (termasuk makna tersirat). Sebagai contoh lagu-lagunya Ebiet G Ade adalah hasil dari musikalisasi puisinya.

Ada beberapa tips sederhana yang bisa dicoba agar tidak kehabisan kata-kata ketika membuat lirik lagu:
1. Banyak membaca. Bila perlu memperhatikan dan menikmati lirik lagu ciptaan orang lain. Ini bukan dengan tujuan mencontek, tapi benchmarking. Proses benchmarking itu melalui tahapan ATM (Amati, Tirukan, dan Modifikasi). Artinya, jika kita ingin memiliki lirik yang bagus dari lagu-lagu kita, jangan malu untuk mendengarkan karya orang lain. Amati lirik-liriknya, kemudian tirukan. Hanya saja jangan berhenti di sini, tapi Anda harus melakukan modifikasi. Ambil yang bagusnya, hilangkan yang kurang bagus, dan kita kreasikan dengan lirik hasil ciptaan kita sendiri. Proses ini sama dengan penulisan nonfiksi pada umumnya.

2. Banyak berlatih. Saya masih percaya dengan “jam terbang”. Artinya, semakin bagus seseorang membuat sebuah tulisan (termasuk lirik lagu), itu berbanding lurus dengan seringnya dia berlatih. Karena jenis ini termasuk keterampilan. Makin sering diasah makin lihai.

3. Jangan berhenti berinovasi dan berkreasi. Saya pikir ini bisa dilakukan dengan terus mencoba hal-hal baru. Jangan takut salah, jangan takut jelek, juga jangan takut gagal. Lakukan saja dengan penuh ketelatenan dan kerja keras. Insya Allah bisa.

Tidak ada komentar: