Sabtu, 18 Juli 2009
news baru
Pengeboman dua hotel di Jakarta JW Marriot dan Ritz Carlton mulai berdampak bagi hotel di Bandung. Akibat aksi teror tersebut, tamu hotel dari perusahaan yang sudah jauh hari memesan untuk pertemuan, membatalkan pemesanan.
"Dampaknya mulai terasa. Kan ada beberapa negara yang memberlakukan travel warning akibat peristiwa kemarin, nah di kita ada satu grup dari sebuah perusahaan yang akan mengadakan pertemuan minggu depan membatalkan pemesananya. Pembicaranya dari luar negeri," ujar Manajer Marketing Hotel Sheraton Bandung, Eddy Soenarno, saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (18/7/2009).
Hal itu, menurutnya jelas sangat merugikan pihak hotel. "Tamu yang membatalkan dengan jelas menyatakan alasan pembatalannya karena peristiwa pengeboman kemarin. Mudah-mudahan ini tidak diikuti oleh grup-grup lainnya," katanya.
Namun hal itu tak terjadi untuk tamu family yang akan menghabiskan long weekendnya di Bandung. Menurut Eddy, untuk tamu long weekend tak ada yang membatalkan.
Sementara itu Public Relations Hotel Aston Bandung Diah Suhandi mengaku peristiwa pengeboman kemarin tak berdampak pada penurunan okupansi hotel. "Untuk tamu long weekend tak ada yang membatalkan, bahkan masih banyak yang menelepon menanyakan kamar. Ya mudah-mudahan lah enggak akan ada," tuturnya.
Meski demikian, Diah mengaku peristiwa pengeboman yang menewaskan 8 orang itu membuat hotelnya memperketat pengamanan. "Kita siaga satu dan juga sudah koordinasi dengan kepolisian. Pokoknya pengawasan dan pengamanan hotel diperketat, misalkan biasanya hanya satu titik jadi tiga titik," jelasnya.
Selain itu, kata Diah, pihak kepolisian juga akan melakukan patroli ke hotel. "Tapi enggak ikutan jaga di hotel, hanya sesekali patroli saja," ungkapnya.
Pengetatan pengamanan juga dilakukan di Hotel Sheraton. Menurut Eddy, kini kamera intai atau CCTV di hotel ditambah. "Kita juga intensifkan pemeriksaan mobil yang masuk ke dalam hotel. Yah pokoknya siaga satu," ujarnya seraya menambahkan jika status siaga 1 sudah diberlakukan sejak kampanye pilpres lalu.
"Dampaknya mulai terasa. Kan ada beberapa negara yang memberlakukan travel warning akibat peristiwa kemarin, nah di kita ada satu grup dari sebuah perusahaan yang akan mengadakan pertemuan minggu depan membatalkan pemesananya. Pembicaranya dari luar negeri," ujar Manajer Marketing Hotel Sheraton Bandung, Eddy Soenarno, saat dihubungi melalui telepon, Sabtu (18/7/2009).
Hal itu, menurutnya jelas sangat merugikan pihak hotel. "Tamu yang membatalkan dengan jelas menyatakan alasan pembatalannya karena peristiwa pengeboman kemarin. Mudah-mudahan ini tidak diikuti oleh grup-grup lainnya," katanya.
Namun hal itu tak terjadi untuk tamu family yang akan menghabiskan long weekendnya di Bandung. Menurut Eddy, untuk tamu long weekend tak ada yang membatalkan.
Sementara itu Public Relations Hotel Aston Bandung Diah Suhandi mengaku peristiwa pengeboman kemarin tak berdampak pada penurunan okupansi hotel. "Untuk tamu long weekend tak ada yang membatalkan, bahkan masih banyak yang menelepon menanyakan kamar. Ya mudah-mudahan lah enggak akan ada," tuturnya.
Meski demikian, Diah mengaku peristiwa pengeboman yang menewaskan 8 orang itu membuat hotelnya memperketat pengamanan. "Kita siaga satu dan juga sudah koordinasi dengan kepolisian. Pokoknya pengawasan dan pengamanan hotel diperketat, misalkan biasanya hanya satu titik jadi tiga titik," jelasnya.
Selain itu, kata Diah, pihak kepolisian juga akan melakukan patroli ke hotel. "Tapi enggak ikutan jaga di hotel, hanya sesekali patroli saja," ungkapnya.
Pengetatan pengamanan juga dilakukan di Hotel Sheraton. Menurut Eddy, kini kamera intai atau CCTV di hotel ditambah. "Kita juga intensifkan pemeriksaan mobil yang masuk ke dalam hotel. Yah pokoknya siaga satu," ujarnya seraya menambahkan jika status siaga 1 sudah diberlakukan sejak kampanye pilpres lalu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar