6 Langkah Mengatasi Kesulitan dalam Bergaul
ANDA merasa kesulitan dalam bergaul? Atau juga menemukan kesulitan dalam membangun sebuah relasi? Jika ya, Anda harus waspada. Kalau Anda menutup diri dari lingkungan, semakin kecil peluang Anda untuk dapat mewujudkan impian, meraih prestasi, dan mengaktualisasikan diri. Pergaulan itu tidak identik dengan banyak ngomong atau sedikit ngomong. Pun tidak identik dengan apakah Anda seorang yang pendiam atau tidak. Prinsip dasar dalam pergaulan adalah bagaimana Anda membangun komunikasi dengan orang lain.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pergaulan merupakan elemen penting keterampilan hidup. Berhasil atau tidaknya Anda juga ditentukan oleh sejauh mana Anda bisa mengkomunikasikan diri dan menjalin relasi yang komunikatif dengan orang lain. Tapi mengkomunikasikan diri atau membangun relasi yang komunikatif itu bukan hasil sekali jadi. Ada proses yang mesti Anda hormati di situ. Berikut ini kami suguhkan beberapa langkah yang bisa Anda pakai untuk membuka diri dan membangun pergaulan:
Tunjukkan kepedulian
Kepedulian itu bentuknya bermacam-macam, misalnya, showing interest (menunjukkan ketertarikan) pada kehidupan orang lain. Anda dapat memulainya dengan pembicaraan tentang apa yang penting menurut orang lain. Yang Anda butuhkan di sini adalah kerendahan hati untuk mengerti dan memahami orang lain. Juga wawasan yang berkaitan dengan beberapa topik utama di lingkungnan Anda.
Untuk selanjutnya, bentuk kepedulian ini bisa Anda tingkatkan, misalnya, dengan melibatkan diri Anda pada aktivitas bersama dengan orang lain, memainkan peranan yang bermanfaat bagi orang lain, memberi bantuan kepada orang yang membutuhkannya dan seterusnya. Intinya, jangan sampai kita menyalahkan model kepribadian yang kita miliki seiring dengan serangkaian kesulitan bergaul yang kita alami sementara kita sendiri jarang menunjukkan ketertarikan pada topik atau hal yang menarik buat orang lain.
Belajar untuk mengetahui
Anda perlu meningkatkan kemampuan Anda dalam pergaulan (learning to know) yaitu; kemampuan berpikir kritis, berpikir runtut dalam menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, memahami konsekuensi, dan seterusnya. Anda mesti punya rasa ingin tahu yang besar tentang orang, situasi dan cara membangun relasi yang baik. Kalau Anda inginkan sebuah relasi yang baik dan berjalan dua arah, Anda harus tahu konteks orang. Harus mengerti situasi orang.
Fokus pada dialog
Jika Anda terlalu memikirkan diri sendiri dan terlalu membuat penilaian atas orang lain pada saat pembicaraan berlangsung, ini bisa mengganggu suasana. Karena itu, fokuslah pada suasana dan pembicaraan. Jika tidak, Anda bisa dibilang tidak menghormati orang dan berniat tak baik pada mereka.
Kata Martin Buber, dalam I and Thou, relasi yang baik adalah relasi dialogis. Orang tidak menghadapi orang sebagai benda yang mesti dinilai, kata salah satu filsuf besar itu, tetapi sebagai "orang" dan subjek yang mesti didengarkan dan dihormati. Itu berarti Anda mesti mendengarkan baik-baik omongan orang itu. Kalau Anda mendengarkannya baik-baik, Anda bisa menjawab atau memberikan sikap yang tepat.
Hormati privacy orang lain
Setiap orang itu biasanya memiliki tiga wilayah kehidupan. Pertama adalah wilayah publik (diketahui secara umum, misalnya tinggal di mana, sekolah di mana, dan seterusnya). Kedua, wilayah privat (diketahui hanya oleh orang terdekat, seperti, pacarnya siapa, musuhnya siapa, dan seterusnya). Ketiga, wilayah pribadi (tidak ingin diketahui oleh siapapun dirinya atau suami istrinya). Untuk kepentingan relasi atau pergaulan, akan lebih bagus kalau kita memfokuskan diri untuk mengetahui hal-hal yang memang orang lain merasa nyaman untuk diketahui (wilayah publik) dan melupakan apa saja yang membuat orang lain merasa tidak nyaman bila diketahui (wilayah pribadi).
Belajar dari orang lain
Pergaulan itu erat kaitannya dengan seni (the art) atau permainan (playing the game) tentang bagaimana menjalin hubungan dengan orang lain. Karena seni, maka gayanya pun berbeda-beda. Dan ini tidak ada kaitannya dengan apakah Anda tipe orang yang banyak ngomong atau sedikit ngomong.
Mereka yang telah berhasil menjaga hubungan sampai bertahun-tahun, umumnya, sudah memiliki kematangan emosi. Ini bukan berarti mereka tidak pernah masuk atau terlibat dalam konflik, gap, berbeda pendapat, dan lain-lain, tetapi karena mereka sudah tahu bagaimana bermain-main dengan emosi. Karena itu, ada hal-hal yang ditanggapi dengan ketawa, dengan biasa-biasa, dengan humor, dan lain-lain. Kalau Anda kesulitan mencari contoh, lihatlah bagaimana orangtua Anda yang telah bertahun-tahun mempertahankan hubungan keluarga.
Secara umum bisa Anda lihat bahwa kecanggihan mereka dalam memainkan emosi terletak pada kemampuan mereka untuk tidak "mengekstrimkan" sesuatu yang berpotensi mengacaukan keadaan atau hubungan. Untuk mencapai kemampuan ini memang perlu latihan dan ini tidak terkait langsung dengan umur tetapi terkait dengan pengalaman hidup (life experiencing).
Optimalkan prestasi Anda
Semakin banyak hal positif yang bisa Anda realisasikan dari diri Anda, semakin dapat pula Anda mengaktualisasikan diri. Semakin bisa Anda menunjukkan kemampuan atau potensi Anda, semakin terbuka relasi yang baik dan mutual. Ingat, Anda dihargai bukan karena Anda punya banyak harta dan uang, tetapi karena Anda punya kemampuan untuk berpikir kritis, untuk mencari jalan keluar dari himpitan masalah dan untuk bersikap bijaksana. Karena itu, menurut teori kesehatan mental, orang yang sedang depresi (punya perasaan negatif terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar) tidak bisa membangun hubungan dengan orang lain secara positif dan konstruktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar