Tidak sembarang orang bisa menapakkan kaki dan mempresentasikan koleksi di catwalk Paris. Dibutuhkan usaha ekstrakeras untuk bisa mencapai gerbangnya. Selanjutnya, perjuangan mati-matianlah yang akan mengantarkan seorang perancang ke runway kehormatan, Paris Fashion Week. Pertempuran tidak berakhir sampai di situ. Persaingan ketat menunggu di ujung catwalk.
Bukan hanya pencinta mode yang harus dimanjakan dengan berbagai koleksi inovatif, juga deretan pelaku mode, mulai buyer hingga para editor. Para perancang pun selalu dihantui waktu. Tidak ada kata istirahat di dunia mode. Deadline terus bercokol di setiap agenda, memaksa desainer untuk terus memutar otak, menggali inspirasi demi menyajikan koleksi yang lebih memikat, lebih cemerlang pada musim berikutnya.
Jika berhasil, panggung kehormatan dan tepuk tangan riuh membayar lunas semua usaha keras tersebut. Namun, bila tidak, semuanya kembali ke awal, kembali menapaki perjalanan panjang itu. Ya, tidak mudah menggapai tangga karier sebagai desainer papan atas di Paris, pusat mode dunia.
Namun, tentu nama-nama besar seperti Chanel, Versace, Yves Saint Laurent, Ralph Lauren, Pierre Cardin yang berkibaran di Paris membuat banyak bakat muda tergiur. Berlomba-lomba mendaki jalur terjal di trek mode, berusaha mendekati dan menjajari nama-nama yang menjadi inspirasi mereka.
Namun, para legendaris mode tidak berdiri di bawah lampu sorot dengan langkah mudah. Semua perancang besar yang berdiri di panggung Paris punya kisah tersendiri tentang perjuangannya menggapai bintang, hingga meninggalkan jejak yang terus berbekas. Coco Chanel mengawali suksesnya dengan inovasi di dunia mode.
Dia yang memperkenalkan little black dress sebagai busana untuk segala kesempatan. Pengaruhnya yang besar di dunia mode membuat majalah TIME menaruh Chanel dalam daftar 100 orang paling berpengaruh pada abad ke-20. Yves Saint Laurent, yang meninggal dunia bulan lalu akibat kanker otak, memiliki jalan hidup yang tidak mulus. Bakatnya yang begitu besar mengantar dia hingga ke rumah mode Christian Dior.
Namun, perang membuat mentalnya tertekan sehingga Saint Laurent harus dirawat secara intensif di rumah sakit jiwa. Setelah pulih, Saint Laurent terus merajut sukses hingga meraih gelar sebagai King of Fashion dan mendapat berbagai gelar kehormatan, termasuk Legion d'Honneur dari mantan Presiden Prancis Jacques Chirac.
Presiden Council of Fashion Designer of America (CFDA) Diane von Furstenberg mengatakan,Yves Saint Laurent merupakan salah seorang desainer paling berpengaruh pada abad ke-20. "Dia merevolusi dunia mode, memberi pandangan baru terhadap cara berbusana seorang wanita," sebutnya.
Gianni Versace yang juga dianggap sebagai maestro mode, memiliki kisah tragis. Dia ditembak penggemarnya ketika tengah berjalan-jalan. Namun, karya-karyanya yang luar biasa dan warisannya terus dilanjutkan kedua saudaranya, Santo dan Donatella Versace. Bukan hanya mereka yang telah berpulang yang meninggalkan jejak di ranah mode. Para legendaris hidup tidak ketinggalan memberikan warna yang berbeda.
Seperti Valentino, Karl Lagerfeld, Vivienne Westwood, Tom Ford, maupun Diane von Furstenberg. Valentino hadir dengan ciri khas Rosso, gaun-gaun merahnya. Sementara Westwood menjadikan punk unsur yang terintegrasi dengan mode, bukan hadir terpisah. Lain lagi dengan Tom Ford yang berhasil membuktikan diri sebagai desainer berbakat tanpa nama besar Gucci.
Adapun Karl Lagerfeld menjadi kunci sukses terus berlanjutnya nama besar Chanel di dunia mode. Sementara Diane von Furstenberg menggebrak industri mode lewat gaun lilitnya yang terkenal. Nama-nama besar lainnya pun tak kalah meramaikan panggung mode dunia.
Ralph Lauren misalnya. Kreativitas Lauren telah membawa sportswear ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini membuat dia meraih dua penghargaan sekaligus di CFDA Awards 2007, yakni American Fashion Legend Award dan Menswear Designer of the Year.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar