Kamis, 24 Juli 2008

travel

Menikmati Modernitas & Keasrian Freiburg

Sabtu, 19 Juli 2008 - 12:09 wib


Foto: Corbis
MODERNISASI di banyak tempat, banyak menggusur warisan lama. Namun, tidak demikian dengan Freiburg. Kota ini terletak di negara bagian Baden Wurttenberg, Jerman.

Mengapa demikian? Karena selain kesadaran masyarakat lebih tinggi terhadap lingkungan hidup dibandingkan kota-kota lainnya di Jerman, kota ini memiliki pendukung Partai Hijau (die Gruene) yang besar. Bahkan, beberapa tahun belakangan kota ini dipimpin buergermeister (wali kota) asal Partai Hijau.

Yang lebih menarik, sementara kota-kota besar lainnya berlomba merencanakan pembangunan gedung-gedung baru, pemerintah Kota Freiburg malah gencar menciptakan wilayah terbuka. Jadi bila Berlin akan semakin penuh dengan gedung-gedung tinggi, Freiburg tengah berusaha memperluas keasriannya.

Freiburg bersama Stutgart, Karsruhe, Offenburg, Baden- Baden adalah kota-kota di selatan Jerman. Kota Freiburg tidak sebesar kota-kota lain. Apalagi dibandingkan Berlin, ibu kota Jerman yang baru. Kota ini terbagi atas Frieburg- Zhaeringen dan Freiburg- Herdern, dengan pusat kota yang sering disebut Freiburg am Breisgau. Jumlah penduduknya minim. Sekitar 200.000-an saja sehingga tidak padat seperti Berlin, Bonn, atau Koeln.

Kaum imigran tidak sebanyak di ketiga kota besar itu dan kesenjangan sosial tidak tinggi. Karena itu kelompok ultranasionalis, seperti Neo-Nazi dan pendukung partai nasionalis-sosialis baru seperti NDP, dan pendukung ekstrem kiri penerus partai komunis Jerman Timur, yakni PDS, tidak memperoleh tempat di sana.

Namun, ini bukan berarti Freiburg tidak berkaitan pada masa lalu dengan kelompok ekstrem. Pada masa keemasan Hitler dan partai NSDAP-nya, Freiburg menjadi batu loncatan serangan dan pendudukan Jerman ke Prancis. Logis saja karena Freiburg berbatasan dengan wilayah-wilayah negara bagian Bayern, yang berbatasan langsung dengan Austria, tempat asal Hitler.

Sementara, Freiburg berbatasan langsung dengan Prancis dan Swiss, tempat Hitler menyembunyikan hasil jarahannya dari Prancis dan kawasan selatan Eropa. Karena persinggungan dengan Hitler inilah, Freiburg turut menerima dampak buruk. Kota ini menjadi sasaran serangan pembalasan sekutu, terutama pasukan Prancis. Prancis berusaha membebaskan negerinya dari Strassbourg, sebelum berhasil melakukan invasi balik ke Jerman.

Serangan pengeboman besar-besaran sekutu yang terjadi pada 27 November 1944 begitu berbekas di benak masyarakat. Karena itu, peringatan ke-60 tahun serangan telah diperingati secara luas di kota itu. Banyak bangunan indah yang menunjukkan kemakmuran kota itu hancur. Kecuali gereja Katolik terbesar, Muenster, yang dibangun pada abad pertengahan dan terkenal dengan arsitektur gotik dan lonceng besarnya, Hosianna.

Muenster dan Hosianna menjadi simbol kota itu, terutama atap menaranya yang artistik. Kesadaran akan pentingnya sejarah terhadap eksistensi kota itu telah membuat bangunan-bangunan yang hancur itu direnovasi kembali.

Lagi-lagi kesadaran sejarah dan pentingnya konservasi lingkungan telah membuat Pemerintah Kota Freiburg membiarkan kawasan rumah ibadah Yahudi (synagoge) yang terletak di sebelah Universitaet Freiburg. Tepatnya di depan gedung Kollegien-Gebaeude I, sebagai kawasan hijau, dengan nama yang mengandung makna sejarah, Platz der Alten Synagoge. Sementara, kawasan di sampingnya telah diberi nama Platz der Weissen Rose, untuk mengenang resistensi para mahasiswa universitas tersebut terhadap fasisme Hitler.

Belum terlupakan tentu bagi kalangan akademis, nama Martin Heidegger dan Hannah Arendt, yang masing-masing menjadi rektor dan mahasiswi di sana dengan pandangan yang berbeda tentang fasisme Hitler, sekaligus dengan masalah percintaan mereka dan perdebatan akademisnya.

Kaitan antara sejarah dan peran politik civitas akademik Universitaet Freiburg terefleksi dari tulisan yang ada di atas tembok universitas di depan Fakultas Hukum Gedung Kollegien-Gebaude II, "Wahrheit Macht Ihr Freiheit" (Kebenaran Menjamin Kebebasan Anda).

Tulisan tersebut mengandung makna bahwa civitas akademik Universitaet Freiburg tidak tinggal diam menegakkan kebenaran dari segala bentuk tirani, termasuk fasisme Hitler, walaupun rektornya dulu, Martin Heidegger, dikenal sebagai pendukung Nasionalisme-Sosialisme Hitler. Tulisan itu juga sebagai koreksi yang mengingatkan bahwa kealpaan dalam pencarian kebenaran, atau keberpihakan terhadap kekuasaan, akan menutupi kebenaran.

Bagi masyarakat Freiburg, Universitaet Freiburg yang dibangun pada tahun 1457 menjadi perpaduan modernitas dan kekunoan kota itu, dan pentingnya memelihara sejarah dan lingkungan. Tidak banyak universitas di dunia yang menjadi pusat studi sekaligus museum dan tempat pameran benda-benda purbakala yang terbuka untuk umum.

Tidak ada komentar: