Kamis, 24 Juli 2008

resensi buku


Aku adalah pencari keheningan, dan harta apakah yang kudapat dari keheningan itu sehingga dengan yakin aku bisa membagi-bagikannya? (halaman 5)

Dia lelaki asing: perantau yang terdampar dari sebuah kapal. Lantaran keluasan wawasannya yang seperti lautan, Almustafa dianggap orang suci oleh seluruh penduduk kota Orphalese.

Walau awalnya lelaki itu dianggap tak penting, kecuali seorang peramal bernama Almitra menanggapnya sebagai utusan Tuhan. Sejak itu pula dia dihormati seperti seorang aulia tanpa dosa.

Tapi yang diingini seluruh perantau, juga Almustafa, adalah kembali ke rumah dan pulang kampung. Tatkala rasa rindu mencekamnya supaya berangkat pergi dari kota itu, penduduk menahannya untuk berkhotbah.

Khotbahnya panjang-lebar, nyaris tentang segala hal: cinta, perkawinan, anak-anak, sedekah, makan dan minum, kerja, suka dan duka, rumah, pakaian, jual-beli, kejahatan dan hukuman, kemerdekaan, akal dan nafsu, kepedihan, kesadaran diri, pengajaran, persahabatan, ihwal bicara, makna waktu, baik dan jahat, doa, kepuasan, keindahan, agama, dan maut.

Jika semua yang kukatakan adalah kebenaran, kebenaran itu sendiri akan mengungkapkan dirinya dengan suara yang lebih jelas, dan dengan kata-kata yang lebih dekat dengan pikiranmu (halaman 107).

Selamat tinggal, penduduk Orphalese.

***

BUKAN kebetulan jika Sapardi Djoko Damono, sastrawan terkenal Indonesia, ahli sastra Jawa, yang menerjemahkan karya Kahlil Gibran. Bahasa Jawa, yang dikuasai secara ahli oleh Damono, juga memuat banyak tingkat "eufe-mistik" (eufemisme separuh mistik) layaknya bahasa Arab. Kehalusan tersirat dari perpaduan nuansa Jawa-Arab tersanding baik di buku ini.

Meski Gibran pertama kali dulu menulis karyanya ini dengan bahasa Inggris. Namun aksentuasi Arabisme, tanah moyangnya, lekat bersemayam dalam ubun-ubun penyair Lebanon yang hijrah ke Amerika. Wawasan "author authority" (kekuasaan kepengarangan) itulah yang muncul di pelbagai karyanya tanpa ada satupun yang terkecuali.

Sekadar komentar, menyitir ungkapan penerjemah,

"Terjemahan ini bisa saja dianggap sebagai komentar terhadap sejumlah terjemahan yang sudah beredar, namun sekaligus dan lebih dari itu saya mengharapkannya mampu menampung pengungkapan yang, meskipun populer, memiliki kekuatan yang memaksa kita untuk mempertimbangkan kembali berbagai konvensi sosial dan moral yang selama ini kita ciptakan untuk kita yakini."

Judul:
Almustafa

Penulis:

Kahlil Gibran
Diterjemahkan dari The Prophet
Alfred Knopf, Inc., New York, 1923

Cetakan Pertama:

Edisi Hardcover, Februari 2008

Penerjemah:

Sapardi Djoko Damono

Penerbit:
Bentang

Halaman:
viii+124 halaman; 15 cm

ISBN:

978-979-1227-21-6

Tidak ada komentar: